One of the media to convey issues and messages to the environment is literature. This research examines literature from an ecocritical ethical study of a poem by Taufiq Ismail entitled "Membaca Tanda-tanda." The method used in this research is descriptive qualitative. J Tahun 1956 -enam tahun terhormat diakui dunia—yang dimaksud Taufiq Ismail adalah masa selepas ditandatangani hasil perundingan Konferensi Meja Bundar yang memaksa Kerajaan Belanda mengakui kedaulatan Indonesia, akhir Desember 1949. Awal memasuki tahun 1950 adalah masa pemerintah Indonesia menjalankan kekuasaannya tanpa diganggu lagi oleh rongrongan pihak Belanda. Taufiq Ismail mengajak orang-orang untuk membaca tanda-tanda yang disediakan oleh alam dan belajar darinya. Puisi ini merupakan sebuah pengingat tentang pentingnya menjaga alam dan menghargai sumber daya alam yang ada. Puisi "Membaca Tanda-Tanda" karya Taufiq Ismail memiliki beberapa hal menarik: Kesimpulan dalam penelitian ini adalah, melalui kajian etis ekokritik puisi "Membaca Tanda-tanda" karya Taufiq Ismail ini dapat terlihat gambaran kerusakan alam akibat rusaknya ekosistem karena ulah manusia dan sikap manusia yang ditimbul terhadap fenomena alam tersebut. Membaca Tanda Tanda. Puisi ini mencoba mengingatkan pembacanya bahwa banyak hal dari alam yang sudah mulai sangat berubah. Semua hal yang hancur dan menghilang, semua saling berhubungan. Terdapat tanda-tanda yang harusnya menyadarkan kita dan membuat kita lebih awas dan menjaga lingkungan sekitar serta alam. t4As8M5.

membaca tanda tanda karya taufiq ismail